Tuesday, January 5, 2016

Synergy Majapahit-Pajajaran-Mataram


"Di bekas negara kita muncul negara fiktif, bahasanya adalah bahasa orang lain, daerahnya adalah negara-negara orang lain. Negara dalam negara. Tapi kemudian akhirnya kembali digantikan dengan Negara Pajajaran model baru. Kapan itu muncul? Cari Kian Santang yang lahirkembali dari daerah yang bergejolak karena pemuda gendut gusdur, untuk mengarahkan kalian." - Prabu Siliwangi dalam uga wangsit.

3000 rakyat nusantara bersedia dipimpin orang asing yaitu Westerling untuk berperang melawan Indonesia. Itu menunjukkan kebenaran serat dari tanah sunda tersebut. Ratu Adil yang adalah Damarwulan, Kian Santang, dan Nabi Isa akhirnya kembali lahir lagi untuk menjadi sultan dari synergy tiga kerajaan nusantara. Adapun istilah sultan yang artinya adalah raja dari kaum Islam tidak menjadi masalah, karena dulu istilah sunan pun adalah pemberian dari Damarwulan untuk para wali, sama seperti di Tibet, istilah Dalai Lhama bukan istilah buddhism karena pemberian dari raja mongolia. Sultan Herucakra bukan muslim tapi ia boleh memakai istilah tersebut.

"Kemudian kelak akan datang Tunjung putih semune Pudak kasungsang. Lahir di bumi Mekah. Menjadi raja di dunia, bergelar Ratu Amisan, redalah kesengsaraan di bumi, nakhoda ikut ke dalam persidangan." - Musarar.
"Di bumi mekkah ia lahir" - Jayabaya.
"Daerah tempat ribut senegara karena pemuda gendut gusdur" - Uga Wangsit.

Tunjung = kumparan
Putih = putih
Semune = semua
Pudak = makhluk gaib
Kasungsang = anakbuah
Jadi artinya: Orang bermuka banyak kumparan putihnya pertanda praktisi ilmu ulat sutra yang semua makhluk gaib adalah anakbuahnya.

Satrio = Pendekar
Pinandito (pandito) = gelar orang yg mengajarkan ajaran Shiva.
Sinisihan (sing isian) = yang isinya
Wahyu = firman.
Jadi artinya: Pendekar aliran Shaivism yang mengajarkan firman Tuhan.

"Kesandung kesampar akeh wong ketambuhan
Karsaning Hyang Sukma, akarya buwana balik.
Sileme prahu gabus kumambanging watu item."
(sering mendapat masalah dalam kehidupan tak ada orang yang mengira siapa dia
Berkat Tuhan, semua dibalikkan.)  

"Hiya iku tunjung putih kanjeng nabi isa, sing wis adu wirang nanging kondang.
cina eling seh seh kalih pinaringan sabda hiya gidrang-gidrang."
 (itulah Ketua Teratai Putih Nabi Isa, yang sudah susah tapi akhirnya terkenal.
Orang-orang Cina akhirnya teringat bahwa inilah calon Metteya Buddha yang diramalkan, akhirnya ramai-ramai berperang.)


Petunjuk dari Ida Pandita Mpu Paramadaksa Purohita:
"Om swastiastu,
Saya sudah meramalkan nasib Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 2016. Tahun lalu, tanggal 6 Januari 2015 Hyang Dewi Dhanu menitahkan ke Danau Sarangan di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah, untuk mendo’akan masyarakat yang dulunya adalah masyarakat Majapahit. Tahun 2016 di tanggal ultahku, Hyang Sabdapalon menitahkan memberi petunjuk kepada umat Nusantara.
Ramalan ini bermula dari Umbul Jumprit, Temanggung Jawa Tengah, didatangi para Leluhur dan Manifestasi Dewa, menganugerahkan banyak petuah. Waktu itu Beliau bersabda bahwa Sang Budha Masa Depan yang bertulang tengkorak emas disebut sebagai Budha Maetreya, yang tak lain adalah Imam Mahdi II, Ratu Adil dan berbagai sebutan lainnya telah muncul di bumi ini."


No = Sukarno, 5 tahun.
To = Suharto, 5 tahun.
No = Yudhoyono, 5 tahun.
Go = ?
Ro = ?

Jokowi jelas tak akan bertahan sampai 5 tahun, dan akan segera dijatuhkan oleh pemimpin lain, dengan alasan namanya tidak masuk ke dalam ramalan notogoro.
Selanjutnya kata goro akan diisi oleh ratu adil dan wakilnya yaitu:
Go = Ki Agoeng (Presiden Negara Indonesia, Sultan Negara Pajajaran Baru). - Jatidiri: PARIKESIT asli. Agama: Buddhism.
Ro = Dewantoro (Wakil Presiden Negara Indonesia) - Jatidiri: SATASAMA (cucu Pandawa). Agama: Kristen.

"Ratu Adil iku kanjeng Nabi Isa Buddha Wekasan. Kang wus katon nebus dosanira, paringane Gatotkaca Sayuto." (Ratu Adil itu calon Buddha Metteya dimasa datang yaitu Nabi Isa yang memegang Ilmu Tapak Buddha dengan jurus terakhirnya 10.000 Buddha Menghadap Shakyamuni Buddha) - Serat Jayabaya.
  
1. Lahir di daerah konflik bumi mekkah ("bumi mekkah denna lair. ribut sanegara budak buncireng.")
2. Pindah ke Yogyakarta ("akedaton ing tengah-tengahing bumi mataram, kedatone sepi tanpa sarana.")
3. Pindah dari Yogya ke Banyuwangi ("sabdo palon kembali ke banyuwangi" - serat Sabdo Palon).
4. Dari Banyuwangi pindah ke Lebak Cawene Jawa Barat ("kian santang pergi ke lebak cawene" - Uga).
5. Dari Lebak Cawene pindah ke Ngawi ("rumahnya di kaki lawu sebelah sungai" - jayabaya)
6. Dari Ngawi membuka kraton kembar Ngawi-Jerusalam ("kedatone ing jawa satunggal, ing mekah sawiji" - Jayabaya).
Setelah meninggal sebagai Damarwulan atau Brawijaya II, Nabi Isa hidup lagi sebagai Raden Kian Santang. Jadi merupakan kelanjutan orang yang sama.


"Kaula deu nginjem ngaram, nu engkena salin rupa. Nudijurung ku Sanghyang Batara Kala turun jadi budak angon." - ("Aku hendak tukar nama, pikiran masih kelanjutan yang dulu. Sudah ditugaskan Tuhan Vishnu bahwa aku Batara Kala turun ke bumi jadi bocah angon") - Pantun Bogor
"Engké, mun geus témbong budak angon! Ti dinya loba nu ribut, ti dapur laju salembur, ti lembur jadi sanagara! Nu barodo jaradi gélo marantuan nu garelut, dikokolotan ku budak buncireung!" (Bocah angon muncul dari dari daerah yang bergejolak karena referendum yang dipimpin gus dur) - Uga Wangsit Siliwangi
"Bumi mekkah denna lair." - Jayabaya. 

"sadurunge ana tetenger lintang kemukus lawa
ngalu-ngalu tumanja ana kidul wetan bener
lawase pitung bengi,"

Sebelumnya lewat komet ISON, sebagai tanda Jesus sudah mulai mengatur kabinetnya.

"dunungane ana sikil redi Lawu sisih wetan
wetane bengawan banyu."

Setelah berpindah dari Yogyakarta ("akedaton ing tengah-tengahing mataharam"), ke Lebak Cawene ("pindah ke lebak cawene"), akhirnya pindah ke Hutan Ketonggo di kaki Lawu disamping sungai. Saat ini masih di Yogyakarta.


"ing ngarsa Begawan
dudu pandhita sinebut pandhita
dudu dewa sinebut dewa
kaya dene manungsa
dudu seje daya kajawaake kanti jlentreh
gawang-gawang terang ndrandhang."

Didepan begawan bukan biksu dianggap biksu, bukan dewa dianggap dewa. tapi ia selalu menjelaskan menurut logika manusia, semua yang kabur pun menjadi jelas.


"aja-aja kleru pandhita samudra
larinen pandhita asenjata trisula wedha
para pandhita hiya padha muja
hiya iku kanjeng nabi isa putrane batara indra kang pembayun
kadherekake sabdo palon lan naya genggong"   
Jangan salah biksu bumi mekkah, cari biksu bumi mekkah yang bersenjata trisula veda.
Semua biksu memuji, itulah Nabi Isa putra Yahweh paling sulung. Didampingi Semar dan Narada.


Ki Ageng Pandan Arang adalah bupati pertama Semarang. Sepeninggal Ki Ageng Pandan Arang, putranya, Pangeran Mangkubumi, menggantikannya sebagai bupati Semarang kedua. Alkisah, ia menjalankan pemerintahan dengan baik dan selalu patuh dengan ajaran – ajaran Islam seperti halnya mendiang ayahnya. Namun lama-kelamaan terjadilah perubahan. Ia yang dulunya sangat baik itu menjadi semakin pudar. Tugas-tugas pemerintahan sering pula dilalaikan, begitu pula mengenai perawatan pondok-pondok pesantren dan tempat-tempat ibadah.Sultan Demak Bintara, yang mengetahui hal ini, lalu mengutus Sunan Kalijaga dari Kadilangu, Demak, untuk menyadarkannya. Terdapat variasi cerita menurut beberapa babad tentang bagaimana Sunan Kalijaga menyadarkan sang bupati. Namun, pada akhirnya, sang bupati menyadari kelalaiannya, dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan duniawi dan menyerahkan kekuasaan Semarang kepada adiknya.Pangeran Mangkubumi kemudian berpindah ke selatan (entah karena diperintah sultan Demak Bintara ataupun atas kemauan sendiri, sumber-sumber saling berbeda versi), didampingi isterinya, melalui daerah yang sekarang dinamakan Salatiga, Boyolali, Mojosongo, Sela Gringging dan Wedi, menurut suatu babad. Konon sang pangeran inilah yang memberi nama tempat-tempat itu). Ia lalu menetap di Tembayat, yang sekarang bernama Bayat, Klaten, dan menyiarkan Islam dari sana kepada para pertapa dan pendeta di sekitarnya. Karena kesaktiannya ia mampu meyakinkan mereka untuk memeluk agama Islam. Oleh karena itu ia disebut sebagai Sunan Tembayat atau Sunan Bayat.Begitulah kisahnya. Disebutkan bahwa lokasi Ratu Amisan tadi di dekat Gunung Perahu, ada yang mengartikan gunung perahu itu adalah Tangkuban Perahu di Jawa Barat ada juga yang mengartikan Gunung Perahu di Dieng. Kemudian banyak dari para pencari Ratu Adil/Ratu Amisan, mengatakan bahwa “Semarang Tembayat” adalah di Semarang Bagian Barat Daya. Ada yang mengartikan itu adalah daerah di dekat Gunung Perahu di Pegunungan Dieng. Ada yang mencoba mengartikan tempat yang dimaksut adalah di Jabalkat, Bayat, Klaten tempat kuburan dari Sunan Bayat tapi kemudian menganulirnya karena menganggap Klaten sangat jauh dari Gunung Perahu.

“Di Semarang Tembayat itulah yang mengerti/memahami lambang tersebut.” Begitulah Prabu Joyoboyo tuliskan, artinya kita harus pecahkan dulu teka-teki “Semarang Tembayat” ini. Dalam cerita Sunan Bayat tadi disebutkan bahwa beliau berjalan/pindah dari Semarang ke Bayat memenuhi perintah Sunan Kalijaga. Kemudian beliau meninggal dan dikuburkan di Bukit Jabalkat, Bayat, Klaten. Tapi di Klaten tidak kita temui Gunung Perahu, yang kita temui Cuma bukit-bukit saja. Hmmm... coba kita cari lebih giat lagi. Coba kita googling “Bayat Klaten Perahu”, maka kita akan terkejut, bahwa di Klaten ada miniatur kembaran Gunung Tangkuban Perahu yang bernama Watu Prau (Batu Perahu).

Di watuprau ini  terdapat fosil-fosil dan bermacam-macam batuan, diantaranya adalah Fosil Kece (Kerang Sungai), menurut orang sekitar fosil kerang sungai yang mirip uang logam tersebut adalah uang dari Joko Tuo tadi yang membatu bersama perahu yang ditendangnya kemudian terbalik.Sekarang Watu Prau menjadi milik Fakultas Geologi UGM yang digunakan sebagai sarana penilitian. Diatas Watu Prau telah ada lobang bor guna mengambil sampel isi batuan tadi. Menurut kabar, Watu Prau ini batuan yang usianya sangat tua dan mengandung mineral dan fosil yang menarik untuk diteliti, bahkan dari Luar Negeri pun ikut melakukan penelitian. Tapi belum ada hasil penelitian yang di publish atas Watu Prau ini. Kalau melihat bahwa ada Fosil Kerang Sungai di Watu Prau maka bisa diambil kesimpulan sementara bahwa dulu disitu adalah bekas aliran sungai.Mencari Tempuran (Pertemuan 2 Sungai)Coba kita cari pertemuan 2 sungai (tempuran) di Klaten, kita dapatkan pertemuan sungai Bengawan Solo dan Kali Dengkeng, tepatnya di Desa Serenan, Kecamatan Juwiring, Klaten. Kok, agak jauh dari Bayat. Coba kita cari lagi. Sekarang kita coba dengan Wikimapia.org untuk mencari tempuran di Klaten, setelah kita pelototi peta Klaten akhirnya dapat juga “tempuran”. Ada nama Dukuh Tempuran Kulon dan Tempuran Wetan di Desa Kampung, Kecamatan Ngawen, Kab. Gunung Kidul. Dukuh Tempuran terletak di sebelah selatan Bayat, Klaten dan jaraknya cukup dekat. Silahkan lihat di Google Earth. Tapi cukup bingung juga, di Dusun Tempuran tadi, lewat Google  tidak kita temukan pertemuan 2 sungai (tempuran). Banyak tempat di Jawa yang bernama tempuran, dan diberi nama itu karena lokasinya dekat dengan pertemuan 2 sungai. Tempuran sendiri berarti bertemunya/bertempurnya arus 2 sungai. Maka bisa kita ambil kesimpulan bahwa nama Dusun Tempuran tadi punya sejarah, kemungkinan besar dulu tempat tersebut adalah pertemuan 2 sungai yang sekarang sudah mengering atau tertibun. Ingat Watu Prau yang ada fosil Kerang Sungai tadi? Berarti disitu dulu pernah ada sebuah sungai yang sekarang kering/tertimbun.Kita lanjutkan petualangan kita dengan wikimapia.org, setelah bayat dan tempuran, coba kita geser ke barat daya sedikit. Disana ada Gunung Api Purba Nglanggeran. Letaknya di Patuk, Gunung Kidul. Gunung ini sudah tidak aktif lagi setelah dulu pernah meletus dahsyat. Menurut penelitian usianya lebih tua dari Merapi, bahkan waktu Gunung Nglanggeran masih aktif, Gunung Merapi belum ada. Dan sudah menjadi pengetahuan kita semua, bahwa Gunung Berapi dibawahnya mengalir sungai-sungai. Seperti Gunung Arjuno yang dibawahnya mengalir sungai arjuno, atau Kaligendol, Kali Code yang mengalir dari Gunung Merapi. Dusun Tempuran tadi berada di timur Gunung Api Purba Nglanggeran, jadi sangatlah mungkin bahwa dulu di Dusun tersebut mengalir sebuah sungai, bahkan 2 buah sungai sehingga terjadi pertemuan 2 sungai di dusun tadi. Setelah kita dapatkan hasil bahwa yang dimaksud Semarang Tembayat adalah Bayat Klaten dan Gunung Perahu adalah Watu Prau di Bayat Klaten serta Tempuran adalah Dusun Tempuran, Desa Kampung, Kec. Ngawen, Kab. Gunung Kidul, maka menurut tulisan Prabu Jayabaya tadi bahwa lokasi Ratu Amisan berada di Dekat Gunung Perahu sebelah Barat Tempuran, maka coba kita lihat ke barat lokasi tempuran, maka akan kita dapati Yogya. Ratu Amisan berarti dari Yogya.

Urutan gelar Brawijaya: 
Brawijaya I: Raden Wijaya (1292-1309 M)
Brawijaya II: Raden Damarwulan (1292-1309 M
Brawijaya III: Prabu Kertawijaya (1447-1451 M)
Brawijaya IV: Prabhu Rajasawardhana (1451-1453 M)
Brawijaya V: Raden Kertabhumi  (1453-1478 M)
Setelah dikejar-kejar anaknya yang masuk Islam, Brawijaya II moksa di Gunung Lawu, bersama dengan moksanya dua abdinya Semar dan Narada.

Dulu setelah Prabu Jimbun tiba di Demak, para pengikutnya menyambutnya dengan gembira dan berpesta ria. Para santri bermain rebana dan berdzikir, mengucap syukur dan sangat gembira atas kemenangan mereka dan kepulangan Sang Prabu Jimbun atau Raden Patah. Sunan Bonang menyambut kepulangan Sang Prabu Jimbun. Sang Raja kemudian melaporkan kepada Sunan Bonang bahwa Majapahit telah jatuh, buku-buku agama Buddha sudah dibakari semua, serta melaporkan kalau ayahandanya dan Raden Gugur lolos. Patih Majapahit tewas di tengah peperangan, Putri Cempa sudah diajak menugungsi ke Bonang. Pasukan Majapahit yang sudah takhluk kemudian disuruh masuk Islam. Suanan Bonang mendengar laporan Sang Prabu Jimbun, tersenyum sambil mengangguk-angguk. Ia mengatakan peristiwa itu cocok dengan perkiraan batinnya.

Sang Prabu melaporkan bahwa ia telah mampir ke Ampeldenta (pesantren Ampel Gading) untuk menghadap
 Eyang Nyai Ageng Ampel. Kepada Eyang Nyai Ageng Ampel ia mengatakan kalau baru saja dari Majapahit, serta memohon izin bertahta menjadi raja tanah Jawa. Akan tetapi di Ampel ia malah dimarahi dan diumpat-umpat. Ia dikatakan tidak tahu membalas kebaikan Sang Prabu Brawijaya II. Akhirnya ia diperintahkan supaya mencari dan mohon ampun kepada ayahandanya. Semua kemarahan Nyai Ageng Ampel dilaporkan kepada Sunan Bonang.

Mendengar hal itu Sunan Bonang, dalam batin merasa menyesal dan bersalah karena khilaf akan kebaikan Prabu Brawijaya II. Tetapi karena gengsi dan sudah kepalang tanggung, rasa yang demikian tadi ditutupi dengan pura-pura menyalahkan Prabu Brawijaya dan Patih, karena tidak mau pindah agama Islam. Sunan Bonang mengatakan agar perintah Nyai Ageng Ampel tidak perlu dipikirkan benar, karena pertimbangan wanita itu pasti kurang sempurna, lebih baik penghancuran Majapahit dilanjutkan.
Jika Prabu Jimbun menuruti perintah Nyai Ampeldanta, Sunan Bonang lebih baik akan pulang ke Arab. Akhirnya Prabu Jimbun berjanji kepada Sunan Bonang untuk tidak menjalani perintah Nyai Ampel.

Sunan Bonang memerintahkan kepada Sang Prabu, jika ayahandanya memaksa pulang ke Majapahit, Sang Prabu diperintahkan menghadap dan meminta ampun akan semua kesalahannya. Akan tetapi bila beliau ingin bertahta lagi, jangan di tanah Jawa, karena pasti akan mengganggu orang yang pindah agama Islam. Ia disuruh bertahta di negara lain di luar Jawa.
Sunan Giri kemudian menyambung, agar tidak menganggu pengislaman Jawa, Prabu Brawijaya dan putranya lebih baik di tenung saja. Karena katanya terhadap orang kafir itu tidak ada dosanya. Sunan Bonang serta Prabu Jimbun sudah mengamini pendapat Sunan Giri yang demikian tadi.

Buddha berkata dalam Dhammapada, Sukha-Vagga 201 yang berbunyi: “Kemenangan membangkitkan kebencian, sedangkan pihak yang kalah hidup dalam penderitaan. Dengan menanggalkan kemenangan dan kekalahan, seseorang yang batinnya penuh kedamaian niscaya hidup berbahagia.”
Makanya saya menjalankan pemerintahan buddhist bukan untuk mengalahkan siapapun, melainkan sekedar ikut berperan dalam menimbulkan Bijak, Benar, dan Adil pada lingkungan saya.

“Dengan enam cara seorang bhikkhu melayani umat:
1. Mencegah mereka berbuat jahat.
2. Menganjurkan mereka berbuat kebajikan.
3. Mencintai mereka dengan penuh kasih sayang.
4. Mengajar sesuatu yang mereka belum pernah dengar.
5. Memperbaiki dan menjelaskan sesuatu yang mereka pernah dengar.
6. Menunjukkan jalan ke Nibbana.”
- Sigalovada Sutta.

Yankinci ratanam loke
Vijati vividha puthu
Ratanam Buddhasamam natthi
Tasma sotthi bhavantu te
Yankinci ratanam loke
Vijjati vividha puthu
Ratanam Dhammasamam natthi
Tasma sotthi bhavantu te
Yankinci ratanam loke
Vijjati vividha puthu
Ratanam Sanghasamam natthi
Tasma sotthi bhavantu te
Permata apa pun yang ada di alam ini tak ada satupun yang menyamai tiga permata Buddha Dhamma Sangha. Semoga Anda berbahagia.

Menyambut kalasubha atau jaman senang mulai Desember 2013, saya akan meruwat nusantara:
Namo arahato sammsambuddhassa mahesino
Namo uttamadhammassa svakkhatasseva tenidha
Namo mahasanghassapi visuddhasiladitthino
Namo omatyaraddhassa ratanattayassa sadhukam
Namo omakatitassa tassa vathuttayassapi
Namo karappabhavena vigacchantu upaddava
Namo karanubhavena suvatthi hotu sabbada
Namo karassa tejena vidhimhi homi tejava
Ratanattayanubhavena
Ratanattayatejasa
Dukkharogabhaya vera
Soka sattu cupaddava
Aneka antarayapi
Vinassantu asesato
Jayasiddhi dhanam labham
Sotthi bhagyam sukham balam
Siri ayu ca vanno ca
Bhogam vuddhi ca yasava
Satavassa ca ayu ca
Jivasiddhi bhavantu te
Bhavatu sabbamangalam
Rakkhantu sabbadevata
Sabbabuddhanubhavena
Sada sotthi bhavantu te

Sujudku pada Maha Pertapa, Buddha nan Suci tanpa noda
Sujudku pada Dhamma nan Mulia, yang telah dibabarkan dengan sempurna
Sujudku pada Sangha na Agung yang ber-Sila dan ber-Pandangan Suci
Sujudku pada Sang Tiratana, yang Mulia berkahnya dengan ‘aum’
Sujudku pada Tiratana, yang telah bebas dari kekejaman.
Dengan kekuatan sujudku ini, semoga semua gangguan lenyap.
Dengan kekuatan sujudku ini, semoga semuanya sejahtera.
Dengan kekuatan sujudku ini, semoga saya sukses adanya.
Berkat kekuatan Sang Tiratana
Berkat keampuhan sang Tiratana
Semoga penderitaan, penyakit, bahaya, permusuhan
Kesedihan, malapetaka, bencana dan kesukaran
Serta segala macam rintangan
Semua lenyap tanpa sisa
Kejayaan, keberhasilan, kekayaan, keuntungan
Keselamatan, kemujuran, kebahagiaan, kekuatan
Kemakmuran, panjang usia, kecantikan
Kesejahteraan dak kemashuran, semoga bertambah
Dan panjang usia seratus tahun
Semoga keberhasilan dalam penghidupan menjadi milik anda
Semoga semua berkah ada pada anda
Semoga para dewa melindungi
Dengan kekuatan semua Buddha
Semoga kesejahteraan ada pada anda

7 agama resmi nusantara baru:
Kristen, seseorang dapat memandangnya memiliki Tuhan. Tuhan dalam agama kristen adalah Trinitas rohkudus (Brahma), Yahweh (Indra), dan Jesus (cyborg Tuhan).
Buddha, seseorang dapat bertuhan dengan menkonsentrasikan tingkahlaku pada 4 hal (cinta, kasih, setiakawan, keseimbangan) sehingga bukansaja ia bisa bertuhan tapi juga akan menjadi tuhan setelah kematiannya. Dan jika ia tak memerlukan ibadah itu ia bisa langsung menjadi biksu saja.
Shambala Kalachakra, seseorang yang tidak mau menjadi biksu dapat optimal dengan latihan-latihan tantra (tantra bahasa cinanya adalah taoism, artinya tehnik) dan saat ia sudah merasa cukup ia dapat mulai melakukan latihan agama Buddha.
Hindu, seseorang dapat bertuhan disini. Tuhan dalam hindu adalah trimurti Shiva (cyborg penghancur dan pakar tehnik dan agama), Brahma (Pencipta), dan Vishnu (arsitek DNA alam).
Confucianism, seseorang dapat lebih cerdas dalam hubungan antar manusianya. Tuhannya Brahma beserta seluruh dewa yang sama dengan hindu cuma berbeda nama.
Taoism, seseorang dapat lebih harmonis. Tuhannya Tao. 
Raelism, agama dengan bahasa ilmiah akan Tuhan, alam, dan makhluk-makhluk.

No comments:

Post a Comment